Madiun, KompasOtomotif — Tim Avanzanation Journey 2014
wilayah Indonesia Tengah kembali melanjutkan perjalanan dari Surabaya
menuju Madiun, Senin (24/2/2014). Rombongan melaju dari arah kota menuju
Mojokerto.
Karakter rute yang dilalui kali ini relatif standar walaupun lubang jalan masih kerap ditemui. Meski demikian,
ground clearence tinggi dan ayunan suspensi yang mantap membuat menu jalanan "
bumpy" tersebut bisa dilibas tanpa masalah dan tetap nyaman.
Sementara
itu, kondisi di luar sangat terik. Namun, penumpang tetap nyaman berkat
embusan AC yang menyebar secara optimal melalui
double blower.
Seiring
perjalanan, tim memutuskan untuk mampir ke salah satu situs bersejarah
di Indonesia, yakni situs arkeologi Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Konon, Trowulan merupakan ibu kota Majapahit di Pulau Jawa.
Langkah tim berlanjut ke salah satu peninggalan, Candi Brahu.
Posisinya
di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto, tepat di depan kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala
Jawa Timur. Letaknya cukup terpencil. Jalan yang dilalui tim hanya
cukup untuk dua mobil. Bus ukuran besar tentu agak sulit melaluinya.
Bukti Majapahit
Candi Brahu merupakan salah satu bukti kebesaran Kerajaan Majapahit di tanah Jawa. Nama Brahu diperkirakan berasal dari kata "
wanaru" atau "
waharu",
yaitu nama bangunan suci yang disebutkan dalam prasasti tembaga
Alasantan. Prasasti ini ditemukan sekitar 45 meter sebelah barat Candi
Brahu.
Bangunan ini dibangun pada 861 Saka, atau 9 September 939 Masehi, atas
perintah Raja Mpu Sindok dari Kahuripan. Bagunan mulai dipugar pada
tahun 1990 dan selesai pada tahun 1995. Masyarakat sekitar mengatakan,
dulu candi ini berfungsi sebagai tempat pembakaran jenazah raja
Brawijaya. Namun, hasil penelitian yang dilakukan tidak menunjukkan
adanya bekas abu sisa pembakaran.
Di
sisi barat terdapat lubang semacam pintu. Letaknya berada di ketinggian
sekitar 2 m dari selasar kedua. Konon, dahulu ada tangga naik dari
selasar kedua menuju pintu di tubuh candi. Namun, tangga tersebut sudah
tidak ada sehingga sulit bagi pengunjung untuk masuk ke dalam ruangan di
tubuh candi. Diceritakan pula, ruangan di dalamnya cukup luas sehingga
mampu menampung sekitar 30 orang.
Monumen Kresek
Setelah puas mengabadikan momen di
Candi Brahu, tim melanjutkan perjalanan ke kota selanjutnya, Madiun.
Dengan menempuh perjalanan selama 2-3 jam, rombongan akhirnya tiba di
Alun-alun Kota Madiun. Perjalanan ini tidak membuat penumpang kelelahan
karena Avanza memberikan kenyamanan cukup baik, dengan sasis
unibody.
Selain nyaman, kekuatan daya angkut dijamin lebih baik dan tetap
menghadirkan stabilitas yang mumpuni selama dalam batas yang
ditentukan.
Menjelang sore, tim mengarahkan perjalanan ke salah
satu saksi bisu getirnya sejarah kelam bangsa Indonesia, yakni Monumen
Kresek. Nama tersebut diambil dari desa di selatan Kabupaten Madiun.
Desa ini menjadi bukti sejarah kelam masa pemberontakan Partai Komunis
Indonesia (PKI) di Indonesia.
Monumen Kresek terlihat begitu
megah. Letaknya cukup strategis karena berada di sisi jalan utama. Di
tengah monumen terdapat patung sesosok pria yang tengah mengusung golok
untuk memenggal salah seorang tokoh masyarakat di desa itu. Gambaran ini
memperlihatkan betapa kelamnya situasi pada masa lalu. Dulu, PKI
diceritakan tak segan-segan mengintimidasi siapa pun yang dianggap
musuh.
Di lokasi ini, banyak masyarakat, termasuk prajurit TNI
dan pamong desa, gugur dalam pertempuran melawan atau karena dibantai
PKI. Kolonel Marhadi merupakan salah satu perwira tertinggi yang gugur
dalam pertempuran di Desa Kresek. Namanya kemudian diabadikan menjadi
salah satu nama jalan di Kota Madiun. Patungnya pun didirikan di
Alun-alun Kota Madiun sebagai bentuk penghormatan.